Pada bangsa Israel kuno terdapat sekolah-sekolah nubuat dan dikatakan bahwa kaum muda penerus bangsanya menjalankan nubuatnya dengan memainkan siter, harpa dan simbalo. Kelompok penubuat yang mengelilingi Raja Saul, memetik sitar dan harpa, sedang (lagu) nyanyian dan permainan harpa dari seorang gembala bernama Daud adalah satu-satunya obat yang dapat mengusir kemurungan dan murkanya Raja Saul.
Daud adalah penyair berbakat dan ulung dalam gaya ketimuran, ia mencerminkan bentuk ganda yaitu seni syair dan seni suara. Di samping itu adalah pencetus musik untuk keperluan ibadat di bait Allah (madah) dan persatuan/kelompok penyanyi atau paduan suara untuk keperluan umum. Kelompok dan paduan suara ini disempurnakan oleh Sulaiman dan dikembangkan untuk mencukupi keperluan pengisi penyanyi opera kerajaan di kemudian hari yang dikaitkan dengan paduan musik istana. Biduanita pada paduan musik istana pada pemerintahan Sulaiman dikaryakan sebagai biduanita paduan suara istana dan juga sebagai Harem.
Mereka ini sudah kaprah menunjukan dwi fungsinya wanita seperti yang di atas dan karena suara wanita dianggap mempunyai daya pikat yang menggiurkan, maka karenanya Yesus Sirakh mengingtkan: "Jauhkanlah dirimu dari biduanita agar kamu tidak terpikat karena giurnya."
Maka dari itu cepat atau lambat tetapi pasti, paduan suara atau organisasi seni musik pada bangsa Israel dikemudian hari jatuh tercemar terutama di bidang susila dan seni. Oleh karenanya Yesaya mencanangkan pandapatnya: "Kecapi dan gambus, rebana dan suling, serta anggur terdapat dalam perjamuan-perjamuan mereka, tetapi perbuatan Tuhan tidak dipandangnya dan pekerjaan Tuhan tidak dilihatnya." Juga Amos berseru senada dengan Yesaya: "Jauhkanlah dari padaKu keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar."
Bahwa Sulaiman adalah penyanyi ulung kita ketahui dari Kidung Agung yang ditujukan kepadanya, yaitu ungkapan puisi yang paling indah dari zaman ke zaman. Dari bentuk dan isinya kelihatan bahwa syair ini disesuaikan dengan lagu yang dibuat untuk syair itu.
Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama diceritakan bahwa Jubol adalah pencipta alat musik tiup dan alat musik berdawai, disebut pula bahwa ia adalah seniman musik yang pertama di dunia. Jubol disebut-sebut sebagai penemu/pencipta Khinnor, yaitu harpa kecil berbentuk segitiga dan Ugabh yaitu sebuah seruling. Tetapi ternyata alat musik tersebut telah dikenal oleh bangsa Mesir.
Kata Khinnor dalam bahasa Phoenisia membuktikan bahwa alat musik tersebut menjalani sejarahnya dari Mesir melalui Phoenisia menuju Palestina. Musa yang pernah berguru pada seorang Imam dari Mesir dan mendapat pelajaran tentang musik, menggunakan juga alat khinnor di negerinya seperti halnya terompet yang dibuat dari perak. Gambar terompet itu terdapat pada pintu gerbang Titus di kota Roma. Alat itu adalah alat dengan "moncong" panjang tetapi berbentuk lain daripada Sjofar yang sering dikacaukan namanya. Sangkakala Sjofar yang digolongkan sebagai alat suci dalam bait Allah mempunyai badan yang membengkok. Mula-mula adalah sangkakala dari tanduk domba yang mengingatkan kita pada sjofar yang kini dipergunakan dalam tempat ibadat Yahudi, dibuat dari bahan sejenis tanduk. Sampai sekarang masih terdengar isyarat pada kesempatan tertentu di dalam synagoga dengan menggunakan sjofar. Kecuali Khinnor pada bangsa Israel masih terdapat alat berdawai lain yang disebut Psalter dan Hasur.
Mereka juga kenal alat untuk memberi isyarat seperti halnya pada bangsa Mesir yang bernama Sistrum, namun bentuknya yang berbeda. Aturan nada (tangga nada) pada bangsa Israel tidak begitu dikenal. Orang menyangka bahwa bangsa Israel mempunyai tangga nada yang terdiri dari 5 nada, seperti yang terdapat pada bangsa Cina dan India yang kemudian menjadi 7 nada. Orang lain berpendapat bahwa merekalah yang membawa deret 4 nada (tetrachord) dari Mesir ke Palestina. Yang benar ialah bahwa beberapa madah yang masih dinyanyikan dalan synagoga sampai sekarang dan yang dianggap tertua adalah terdiri dari 4 nada saja.
Yahudi Part 3
Yahudi Part 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar