Yahudi Part 1

Bangsa Yahudi tidak meningggalkan prasasti dari marmer atau gundukan tanah (pyramid) seperti bangsa Mesir, sehingga tidak dapat dipelajari keseniannya dengan teliti dan pengamatan yang cermat dari peninggalannya. Tetapi bangsa itu sendiri adalah monumen hidup dari zaman yang lampau seperti yang dikenal sekarang, adat-istiadatnya tidak terpengaruh dan tidak luntur oleh jalannya waktu maupun sejarah.

Bangsa Israel tak berminat akan seni patung-mematung, tetapi terkenal sebagai bangsa yang mahir dalam seni sastra terutama puisi. Keahliannya dalam seni syair tidak kalah dengan seni syair bangsa Yunani. Puisi mereka menjalin akrab dengan seni musiknya yang mula-mula hanya dipersembahkan untuk meluhurkan Allah.

Tentang kepercayaannya kepada Yang Maha Kuasa, bangsa Israel adalah monotheis seperti juga bangsa Arab, tidak seperti bangsa-bangsa tua lain yang menyembah dewa-dewi. Keseniannya ditujukan untuk meluhurkan Allah.

Hal ini dapat dibuktikan pada waktu kalahnya pasukan Firaun di Laut Merah yang mengejar bangsa Israel. Kemenangan itu disambut oleh Maryan saudara perempuan Musa dengan cara menabuh tambur dan membunyikan giring-giring sambil bermadah: "Luhurkan Nama Tuhan, karena Ia Maha Tinggi. Ia membenamkan kuda dengan penunggangnya dalam laut."
Setelah Sisera, Raja dari bangsa Kanaan dikalahkan, Deborah dan Barak anak Abinoam bermadah: "Dengarlah hai Raja-raja, tilingkan telinga, hai para Penguasa! Aku akan bermadah kepada Tuhan, akan memadahkan mazmur kepada Tuhan, Allah bangsa Israel."
Di dalam kisah sejarah bangsa Israel, ternyata bangsa-bangsa tersebut tidak hanya menguasai daya kekuatan madahnya saja tetapi juga daya kekuatan suara tunggal (suara sangkakala).

Pada waktu sepuluh perintah Allah diturunkan di gunung Sinai, maka terdengarlah suara sangkakala: "Terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan. Lalu Musa membawa bangsa itu keluar dari perkemahan untuk menjumpai Allah dan berdirilah mereka pada kaki gunung. Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sengat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras. Berbicaralah Musa, lalu Allah menjawabnya dengan guruh."

Gambaran lain tentang daya dari suara, terdapat pula dalam Kitab Yoshua tentang penaklukan kota Yerikho: "Segera sesudah Yoshua berkata kepada bangsa itu, maka berjalanlah maju ketujuh orang imam yang membawa ketujuh sangkakala tanduk domba itu di hadapan Tuhan, lalu mereka meniup sangkakala, sedang Tabut Perjanjian Tuhan mengikuti mereka. Dan orang-orang bersenjata berjalan di depan para imam yang meniup sangkakala dan barisan penutup mengikuti Tabut itu sedang sangkakala ditiup terus-menerus... Lalu bersoraklah bangsa itu sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota."

Musa memberikan kepada kaumnya bermacam-macam yayasan yang berselera musik. Dibawah pemerintahan raja-raja Israel, yayasan itu berkembang pesat. Golongan Imam dari mashab Levi yang dibebani tugas oleh Musa untuk mengurusi musik menunjuk Daud dan Sulaiman sebagai penanggung jawab dan sejak itu mereka mendapat dari dia kemajuan dan kemahiran yang pesat mengenai permusikan.

Para Levi mengangkat tidak kurang dari 4000 penyanyi dan penabuh/pemusik untuk keperluan ibadat dan agama yang dibagi dalam 24 regu yang dipimpin oleh 12 pemimpin paduan suara yang keseluruhannya berjumlah 288 guna mencukupi kebutuhan pelayanan ibadat dalam bait Allah.
Bakat seni dari bangsa Israel berhubungan erat dengan keahlian mereka bernubuat. Penyair dan Nabi pada zaman ini maupun zaman yang lampau, berbakat sama. Bakat bernubuat dan meramal berhubungan erat dengan musik.
Pada waktu Elisa meramalkan kejadian yang akan datang untuk raja Yosafat berkatalah ia: "Sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi." Selanjutnya Kitab Suci menyambung: "Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan Tuhan meliputi dia."

Yahudi Part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar